Model Evaluasi Pelatihan (2)
Oleh: Dr. H. Adie E. Yusuf, MA.
Secara logis dan sistematis langkah-langkah pelaksanaan evaluasi pelatihan sebagai berikut.
Langkah 1: Persiapan Evaluasi atau Penyusunan Desain Evaluasi
Pada langkah ini terdapat tiga kegiatan pokok yang berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi yaitu: menentukan tujuan atau maksud evaluasi, merumuskan infromasi yang akan dicari atau memfokuskan evaluasi dan menentukan cara pengumpulan data. Rinciannya sebagai berikut:
a. Menentukan Tujuan / Maksud Evaluasi
Beberapa kriteria yang digunakan dalam merumuskan tujuan evaluasi adalah: 1) kejelasan, 2) keterukuran, 3) kegunaan dan kemanfaatan, 4) relevansi dan kesesuaian atau compatibility. Jadi tujuan evaluasi harus jelas, terukur, berguna, relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan program diklat.
b. Merumuskan Informasi atau Memfokuskan Evaluasi: Merumuskan Pertanyaan Evaluasi dan Menentukan Jenis Informasi yang akan Dicari
Dalam merumuskan pertnayaan evaluasi harus berdasarkan kepada tujuan evaluasi. Terdapat beberapa metode dalam merumuskan pertanyaan evaluasi yaitu:
1. Menganalisis objek
2. Menggunakan kerngka teoritis
3. Memanfaatkan keahlian dan pengalaman dari luar
4. Berinteraksi dengan sponsor atau audien kunci
5. Mendefinisikan Tujuan Evaluasi
6. Membuat pertanyaan tambahan atau bonus
c. Menentukan Cara Pengumpulan Data
Pada langkah ini ditentukan metode evaluasi yang ditempuh, misalnya survei atau yang lain, ditentukan pula pendekatan dalam pengumpulan data. Terdapat beberapa prosedur pengumpulan data dengan pendekatan kuantitatif, yaitu observasi, tes, survei atau survei dengan kuisioner.
Langkah 2: Mengembangkan Instrumen
Setelah metode pengumpulan data ditentukan, selanjutnya dutentukan pula bentuk unstrumen yang akan digunakan serta lepada siapa instrumen tersebut ditujukan (respondennya). Kemudian, segera dapat dikembangkan butir-butir instrumen.
Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh instrumen evaluasi sebagai berikut:
a. Validitas
Validitas adalah keabsahan instrumen dalam mengukur apa yang seharusnya diukur.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan hasil yang diperoleh, misalnya bila melakukan pengukuran dengan orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau orang yang lain dalam waktu yang sama.
c. Objektivitas
Tujuan dari objektifitas ini adalah supaya penerjemahan hasil pengukurasn dalam bilangan atau pemberian skor tidak terpengaruh oleh siapa yang melakukan.
d. Standarisasi
Instrumen evaluasi harus distandarisasi, karena memiliki karakteristik umum seperti item tersusun secara sistematis dan terstuktur, kemudian petunjuk kuhusus pengisian dan pengolahan diberikan dengan jelas, dan disertai pula oleh penunjuk tentang bagaimana kerahasiaan informasi dijaga.
e. Relevansi
Seberapa jauh dipatuhinya ketentuan-ketentuan atau kriteria yang telah ditetapkan untuk memilih bebrbagai pertanyaan agar sesuai dengan maksud instrumen.
f. Mudah digunakan
Instrumen tersebut hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga mudah digunakan.
Langkah 3: Mengumpulkan dan Menganalisis Data serta menafsirkannya
Langkah keempat merupakan tahapan pelaksanaan dari apa yang telah dirancang apada langkah pertama sampai ketiga. Pada langkah ini sudah mulai untuk terjun ke lapangan mengimplementasikan disain yang telah dibuat, mulai dari mengumpulkan dan menganalisis data, menginterpretasikan, dan menyajikannya dalam bentuk yang mudah dipahami dan komunikatif.
a. Mengumpulkan Data
Dalam melakukan pengumpulan data ini dilakukan dengan berbeda-beda pada tiap masing-masing level. Pada level reaksi data yangg dikumpulkan berupa data kuantitatif dengan menggunakan metode survey melalui kuisioner. Kemudian pada level pembelajaran data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dengan menggunakan metode survey berupa tes. Selanjutnya pada level tingkah laku, data yang dikumpulkan melalui observasi atau dapat juga dengan rencana aktifitas (Action Plan) yaitu rencana tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peserta pelatihan dalam mengimplementasikan hasil pelatihan yang telah diikuti, dalam hal ini para peserta harus mempunyai sautu sasaran peningkatan kinerja/kompetensi yang bersangkutan dalam unit kerja masing-masing yang kemudian diukur dengan mengunakan patokan kinerja/kompetensi yang bersangkutan. Kemudian yang terakhir, yaitu pada level keempat level hasil atau dampak, pada data yang dikumpulkan dapat melalui atasan, peserta pelatihan, bawahan atau rekan kerja (client).
Metode pengumpulan data dalam evaluasi pelatihan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel
Proses Pengumpulan Data Evaluasi Pelatihan
Level Evaluasi |
Deskripsi |
Metode Pengumpulan Data |
1. Reaksi |
Mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap program pelatihan yang diikuti. |
Kuantitatif – survey (kuisioner), dengan skala pengukuran yaitu skala Likert.
|
2. Pembelajaran |
Mengukur tingkat pembelajaran yang dialami oleh peserta pelatihan. |
Formal tes (tertulis) |
3. Tingkah Laku |
Mengukur implementasi hasil pelatihan di tempat kerja. |
Action Plan, observasi |
4. Hasil |
Mengukur keberhasilan pelatihan dari sudut pandang bisnis dan organisasi yang disebabkan adanya peningkatan kinerja/komtenesi peserta pelatihan. |
Evaluasi action plan dan data laporan hasil kerja. |
b. Menganalisis Data dan Menafsirkannya
Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah berikutnya adalah dianalisis. Dalam menganalisa data dan menafsirkannya harus berdasarkan hasil data yang telah berhasil didiapatkan.
Langkah 4: Menyusun Laporan
Melaporkan merupakan langkah terakhir kegiatan evaluasi pelatihan. Laporan disusun dengan kesepakatan yang telah disepakati. Langkah terakhir evaluasi ini erat kaitannya dengan tujuan diadakannya evaluasi.
Langkah-langkah tersebut dapat dengan digunakan untuk menjawab sejauh mana evaluasi pelatihan yang akan dilakukan dan bagaimana pelaksanaan proses pelatihan dari awal hingga akhir sehingga memberikan hasil untuk improvisasi pada pelatihan-pelatihan selanjutnya.
Salam Qren !
Pak Adie, …
dalam mengevaluasi, ternyata juga memerlukan instrumen evaluasi ynag valid, reliabel, terstandar, objektif dan mudah digunakan. Apakah ini berarti dalam evaluasi pelatihan (program), memiliki suatu perhitungan tertentu yang telah menjadi standar ?
setahu saya dalam evaluasi hasil, instrumen evaluasi selalu berbeda, hasilnya pun relatif. Bagaimana sebenarnya pengukuran penggunaan isntrumen untuk pelatihan ini ??
penghitungan statistika pun tidak luput dari perhitungan ini … padahal saya kira, evaluasi untuk pelatihan hanya sekedar menghimpun data kepuasan dan pencapaian secara kualitatif ….
Mohon responnya Pak.
Dear Pak Adie,
Setelah saya coba untuk memarparkan proses evaluasi, banyak yang mengganjal sebenarnya kapan waktu efektif dilakukannya evaluasi ? dan oleh siapa yang memiliki kompeten untuk mengevaluasi di suatu organisasi ?
Terima Kasih
Dari : Ramadhan Eka Hardi (072111064)
Pak, Adie, ….
Bagaimana model evaluasi kirkpatrick untuk program pelatihan….
mohon responnya pak
terima kasih
Model evalusi Kirkpatrick dapat dilakukan untuk pelatihan level 1 -2 pada proses pelatihan dan level 3-4 pada akhir pelatihan serta levl 5 ROI. Namun demikian, setiap level punya tujuan yang berbeda. Terima kasih.
Pak Adie, mohon diberi contoh konkret satu program kerja yang sederhana lengkap dengan evaluasinya, terima kasih atas perhatiannya.
pak, saya masih binggung dari Beberapa kriteria yang digunakan dalam merumuskan tujuan evaluasi 1) kejelasan, 2) keterukuran, 3) kegunaan dan kemanfaatan, 4) relevansi dan kesesuaian atau compatibility. kejelasan, terukur, relevan disini seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan program diklat.
mohon pencerahan dari pak adie, dan teman2 smuaa..
mkasiih 🙂
chika.TP07.
Pak,saya mau tanya masalah STANDARISASI. Standarisasi dari sebuah instrumen ditetapkan dari mana pak??apa setiap perusahaan berbeda atau itu sudah ada petunjuk dari seluruh DIKLAT yang ada pak???
Terima kasih banyak pak…
Evaluasi pelatihan
Model evaluasi pelatihan sangat banyak macamnya , disini saya akan mengajak teman – teman mengingat lagi dengan model ADDIE , dimana pada Tahap terakhir dari model disain instruksional untuk pembelajaran (learning) adalah tahap evaluasi. Dari namanya, tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pembelajaran yang dilakukan sudah memberikan manfaat atau memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
Dalam model ADDIE, evaluasi dapat dibagi 2 jenis yakni :
Tahap formative : adalah tahap evaluasi yang dilakukan pada proses Analysis, Design, Development dan Implementation. Gunanya untuk mengetahui apakah perlu adanya revisi pada setiap proses, agar tahap pembelajaran bisa dilaksanakan lebih baik.
Tahap summative :merupakan tahap evaluasi yang terdiri dari serangkaian tes pada beberapa kriteria referensi atau acuan untuk hasil akhir dari tahap pembelajaran, guna memperoleh feedback yang lebih baik dari peserta.
Tahap evaluasi ADDIE ini dapat disajikan dengan grafik atau metrik yang menarik. Namun, itu bukanlah tujuan yang utama. Tahap evaluasi lebih menitikberatkan pada efektifitas kursus dan focus pada perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja peserta yang mengikuti pelatihan / pembelajaran.
Dengan demikian, setelah tahap implementasi, atau pelatihan diberikan, itu bukanlah akhir dari pelatihan/pembelajaran. Tahap evaluasi menyediakan review akhir dari keseluruhan proses pelatihan. Dalam tahap evaluasi ini, seorang trainer/instruktur dapat mengukur seberapa jauh proyek pelatihan yang diberikan telah mencapai sasaran yang diberikan. Sehingga pada tahap ini, hendaknya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
– Apakah peserta menyenangi pelatihan yang diberikan?
– Apakah peserta mendapatkan sasaran pelatihan setelah kursus berakhir?
– Apakah peserta dapat berubah perilakunya nanti di tempat kerja?
– Apakah dengan kursus ini membantu peserta mencapai sasaran kerja di unit/departemen dia berada?
nurhadijah_1215076090
TP’07
Yth Para Mahasiswa dan Profesional
Evaluasi kini makin dibutuhkan bagi institusi pendidikan dan pelatihan,terutama evaluasi pasca pelatihan. Oleh karena tuntutan akuntabilitas dan transparansi dari stakeholder, sehingga program pelatihan harus dapat dipertanggungjawabkan secara obyektif dan fair. Hal ini dapat dilakukan melalui evaluasi cost-benefit dan ROI.
Salam.
Adie E. Yusuf
sejalan dgn print out yg tlah diberika.semakin terpuaskan..
Pak, ikut gabung…saya mahasiswa S2 Umpak Kelas A1. terimakasih.
bapak punya contoh instrumen evaluasi pelatihan?karena saya penasaran dengan evaluasi ROTI nya pak..waktu itu saya observasi ke suatu diklat dan mereka tidak sanggup untuk melakukan ROTI..maka saya mau tau untuk ROI seperti apa..
pa saya mau tnya. tokoh atau teori evaluasi pelatihan itu ada siapa aja sih pa?????
Pendidikan dan pelatihan dinilai perlu dilakukan untuk meningkatkan wawasan, mengasah kemampuan dalam melaksanakan tugas organisasi, dan menyamakan visi organisasi, serta tentu pada akhirnya berdampak positif bagi pengembangan organisasi. Saya selaku pegawai negeri di bidang Pengembangan Sumber daya Manusia, merasa memang diklat (pendidikan dan pelatihan) dirasakan perlu dilakukan. Namun, gambaran yang terjadi adalah diklat dilaksanakan untuk mendapatkan jabatan. Gambaran tersebut menempel pada pikiran masing-masing individu sehingga, pelaksanaan diklat tersebut dianggap lebih menjurus kepada kepentingan pribadi. Dengan demikian. Saat ada Pelaksanaan diklat di organisasi pemerintah, diklat diikuti dengan biaya dari pribadi atau peserta diklat bukan dari biaya yang dikeluarkan oleh organisasi tempat individu itu bekerja. Padahal apabila ita melihat segi keuntungan secara makro, organisasi lah yang mendapatkan keuntungan, yaitu peserta diklat menjadi lebih berkompeten dalam menjalankan tugasnya. Jadi menurut saya, yang harus membiayai peserta diklat adalah organisasi tempat peserta tersebut bekerja.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Bapak Adie yang terhormat
Saya setuju dan support penulisan artikel ini, informasinya sangat bermanfaat :
– Sebaiknya kita sebagai pendidik yang sebagai agen/pembuat perubahan( the change agent/maker)dapat mengimplementasikan penggunaan TIK dalam perencanaan, proses pembelajaran yang menarik, mudah dimengerti dan belajar tidak hanya dibatasi oleh ruang dan waktu tetapi peserta didik dapat memanfaatkan sistem informasi yang ada sebagai sumber belajar, alat bantu dan fasilitas/media pembelajaran serta untuk mengevaluasi hasil penilaian,pemberian tugas lewat E-mail dan Blog-Spot yang dimiliki oleh pendidik.Sehingga kualitas output/lulusan dapat bersaing ditataran regional, nasional dan internasional di era informasi dan globalisasi yang serba kompetitif.
– Orang tua dan siswa secara mudah mendapatkan informasi mengenai program-program sekolah di Website masing-masing sekolah misalkan pada saat ingin mencari sekolah yang baik dan berkualitas
– Sarana mempermudah komunikasi sekolah dengan orang tua dengan melihat perkembangan prestasi akademik yang diperoleh oleh anaknya.
– Mempermudah pendaftaran siswa baru dengan penggunaan sistem on line walau selalu di tunggangi dengan muatan politik.
Di sekolah saya sudah memanfaatkan TIK dalam sistem pendidikan yang ada pada tahap Infusing, dimana sekolah sudah 2 tahun ini mengembangkan kelas yang berbasis IT, kelas yang dilengkapi sarana pembelajaran in focus, LCD, hotspot area serta SDM pendidik selalu ditingkatkan wawasan pengetahuan IT-nya dengan mengadakan workshop dan setiap pendidik harus menerapkan dalam proses pembelajaran di kelas.Sebaiknya sekolah yang akan mengembangkan kelas berbasis IT harus dipersiapkan betul-betul Tujuan dari program tersebut, kerjasama dengan Komite sekolah untuk mengadakan sosialisasi program kelas berbasis IT kepada orang tua/wali murid, SDM pendidik serta sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan belajar mengajar perlu dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik sehingga tujuan dari program kelas berbasis IT dapat terlcapai dan terlaksana dengan baik serta hasil evaluasi yang sesuai dengan yg di harapkan.
Saya pribadi berharap apa yang menjadi harapan dari penulisan pemanfaatan ICT dalam pendidikan dapat terealisasi dengan baik. TIK menjadi sarana mencapai tujuan dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan, akses pemerataan pendidikan baik secara persamaan (equality) maupun secara berkeadilan(equity)mampu menjangkau kepelosok daerah terpencil tidak hanya di perkotaan, di P. Jawa maupun hanya untuk kalangan masyarakat yang borju/kaya. Khusus daerah pelosok di luar P. Jawa, pedesaan dapat dilaksanakan/diterapkan belajar terbuka mengadakan sosialisasi kepada masyarakat akan arti penting sebuah pendidikan, pembangunan sekolah, perbaikan gedung sekolah yang sudah rusak/tidak layak pakai untuk kegiatan belajar mengajar/perbaikan sarana pendidikan, penempatan guru-guru dan pengangkatan guru PNS yang sudah lama mengabdi di daerah terpencil/pelosok tersebut. Sedangkan pembelajaran berbasis TIK juga dapat dilaksanakan secara tidak langsung (asyncronous Learning), seperti yang telah Bapak paparkan.
Dalam menghadapi globalisasi, sistem informasi semakin dibutuhkan oleh lembaga pendidikan, khususnya dalam meningkatkan kelancaran aliran informasi dalam lembaga pendidikan, kontrol kualitas, dan menciptakan aliansi atau kerja sama dengan pihak lain yang dapat meningkatkan nilai lembaga pendidikan tersebut.
Terimakasih Pak atas penambahan wawasan dan pengetahuan yang bapak berikan, sukses selalu unk Pak adie
Dear, Mr. Addie
Saya Dudu Kurniadi
Ketika kita berbicara evaluasi pelaksanaan diklat terkadang saya bingung evaluasi yang dilakukan itu apakah oleh penyenggara diklat mampu mengevaluasi hasil dari peserta ? atau evaluasi hanya untuk meningkatkan pelaksanaan diklat itu sendiri tanpa memperhatikan outcome diklat. karena yang pernah saya alami stelah mengikuti diklat hanya beberapa bulan saja kita bertahan dengan hasil diklat stelah itu kita kembali ke alam kita atau kehabitat kita atau kebiasaan kita.
Mohon pencerahannya ?
Terima kasih Pa.
Honorable. Dr.H. Adie E.Yusuf, SPd. MA.
Setelah membaca, mencermati dan memahami artikel-artikel yang Bapak tuangkan di blog ini, saya sangat appreciated terutama artikel (Training Evaluation Models), dan (Assessment Technique), karena telah membuka wawasan dan pemahanan bagaimana seharusnya kegiatan pelatihan itu dievaluasi, dan model-model evaluasi yang dapat digunakankan serta Metode atau alat-alat evaluasi yang cocok untuk mengukur keberhasilan sebuah pelatihan.
Memperhatikan apa yang dikemukakan oleh Stufflebeam dan Guba (1974) yaitu “The purpose of evaluation is to provide information to aid decision making at several levels in the implementation of a program”, dalam hal ini informasi yang dibutuhkan harus valid, reliabel dan objektif, agar keputusan yang dibuat (decision making) benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian dibutuhkan evaluator yang independent atau orang-orang yang tidak punya kepentingan/tujuan terselubung “Yes man” dibalik evaluasi yang dilakukannya.
Saya sangat setuju bahwa evaluasi yang dilakukan tidak hanya sebatas proses dan hasil akan tetapi juga ditindak lanjuti dengan evaluasi dampak dari sebuah pelatihan yang dikaitkan dengan kinerja pasca pelatihan. Kalau hal ini dilakukan dengan baik dan terencana maka saya yakin dan percaya bahwa Quality Assurance sebuah pelatihan dapat dipertanggung jawabkan.
Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih telah diberi kesempatan untuk mendownload artikel-artikel yang sangat berharga ini semoga bermanfaat dan memberi inspirasi bagi banyak orang untuk berbuat yang terbaik dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi sebuah pelatihan. Mudah-mudahan hal ini akan menjadi ladang amal bagi Bapak dan keluarga. Amin.
NAMA : SETIA WAHYUNI
NIM : 073111061
MAHASISWA PASCASARJANA S3 UNIVERSITAS PAKUAN
KELAS S3.B-1 JAMBI
Email : setiawahyuni61@gmail.com
Terkait tujuan atau maksud evaluasi yang bapak uraikan, barang kali perlu saya menambahkan fungsi dari evaluasi, dengan demikian Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaanuntuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilankeputusan. sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah prosesmendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Fungsi evaluasi pembelajaran sangat diperlukan dalam pendidikanantara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :
1. memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yangtelah
dicapai oleh peserta didiknya,
2. memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahuiposisi
peserta didik dalam kelompoknya,
3. memberikan bahan yang penting untuk memilih dan
kemudianmenetapkan status peserta didik,
4. memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluarbagi
peserta didik yang memang memerlukannya,
5. memberikan petunjuk tentang sejauh manakah programpengajaran
yang telah ditentukan telah dapat dicapai (Sudijono,2006:12).
6. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
7. Menilai hasil yang dicapai para pelajar.
8. Menilai kurikulum.
9. Memberi kepercayaan kepada sekolah.
10. Memonitor dana yang telah diberikan.
11. Memperbaiki materi dan program pendidikan.
Pak Adie yang saya hormati dan saya banggakan saya sangat berterimakasih dengan artikel -artikel yang bapak tulis.Jujur saya termotivasi untuk membaca artikel Bapak karena semua itu menambah wawasan,dan informasi yang berguna bagi kehidupan saya sebagai guru.Walaupun kesukaan saya membaca namun selama ini saya kurang membaca karena waktu ,beban tugas dan kewajiban yang saya berusaha menjalankan dengan sebaik-baiknya.Tapi dengan membaca artikel di blog bapak sangat menambah wawasan sehingga saya insyaallah akan membaca semua artikel yang bapak tulis.
Terkait denan evaluasi , memang sangat penting bagi suatu kegiatan atau lembaga.Karena kita bisa mengetahui sampai dimana ketercapaian tujuan,kelemahan-kelemahan yang harus kita hindarkan dari suatu kegiatan atau lembaga.KIta sering melaksanakan evaluasi dan mengetahui dimana kelebihan dan kekurangan,namun tidak kalah pentingnya kita harus melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi tersebut.
Pak saya menantikan artikel -artikel Bapak .Mohon maaf bila ada kesalahan.Terima kasih
Nama : Purwati
Kelas : A 1.2
Mahasiswa Pascasarjana S2 2014 ( Administrasi Pendidikan)
ATEP YULIA NUGRAHA, S.Si
KELAS AP E.13 2015
Program Pascasarjana UNPAK
Kegiatan penilaian dalam evaluasi program pelatihan tidak hanya dilaksanakan pada akhir kegiatan program, tetapi sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari penyusunan rancangan program pelatihan, pelaksanaan program pelatihan dan hasil dari pelatihan. Penilaian hasil pelatihan tidak cukup hanya pada hasil jangka pendek (output) tetapi dapat menjangkau hasil dalam jangka panjang (outcome and impact program). Ada berbagai macam model evaluasi program yang dapat dipilih untuk mengevaluasi program pelatihan. Model mana yang akan digunakan tergantung pada tujuan maupun kemampuan evaluator.
asslmualaikum wr wb..mohon maaf prof..
saya ahmad edi junaedi , s3 . a.11
mhn konfir nya prof..kalo commentar saya masuk ke link ini..trimakasih prof.
Evaluasi merupakan tahapan penting dalam proses pelatihan. Tujuan dari evaluasi pelatihan adalah :
1. Menemukan dan menganalisa informasi mengenai pencapaian tujuan dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2. Mengetahui pengaruh program pelatihan terhadap kinerja hasil implementasinya.
3. Mengetahui dengan cepat kemungkinan untuk perbaikan dan sinkronisasi program pelatihan sesuai dengan perkembangan situasi dalam organisasi.
4. Mengetahui reaksi peserta terhadap sebagian atau keseluruhan program pelatihan;
Tahapan dalam melakukan evaluasi pelatihan telah dipaparkan secara jelas dalam artikel Pak Addie diatas. dimana hasil akhir adalah sebuah laporan yang bisa dijadikan berbagai macam fungsi, salah satunya yaitu sebagai bahan dalam pengembangan program pelatihan kedepannya. Namun laporan tersebut janganlah hanya sebagai bahan atau bukti dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu saja tanpa mempertimbangkan substansi yang jelas. Laporan hasil evaluasi pelatihan harus jelas dan sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan sehingga dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan pelatihan berikutnya.
Chafid Sugianto
NPM. 072118027
Pascasarjana Univ Pakuan AP.I.2